Creative
accounting (“CA”) pada dasarnya berarti permainan angka-angka dalam laporan
keuangan. CA dapat bersifat positif maupun negatif, namun kecendrungannya saat
ini banyak orang mengganggap CA sebagai tindakan ilegal karena memang ditujukan
untuk perbuatan melawan hukum. creative accounting di mana manajemen dan
akuntan yang paling kreatif bisa memberikan hasil finansial apa saja yang
diharapkan.
Ingin
menurunkan pembayaran pajak? Mudah! Coba saja menurunkan bottom line (laba)
dengan cara memotong sales (penjualan) atau memanipulasi provision for doubtful
debts. Atau ingin menyembunyikan kerugian dari suatu proyek? Bisa dikerjakan
kalau cukup pintar! Sembunyikan saja semua proyek itu ke special purpose
vehicle (semacam organisasi yang terisolasi resikonya dari perusahaan) yang
tidak perlu dikonsolidasikan ke perusahaan.
What
is creative accounting?
Istilah
ini sering disebut-sebut sekitar tahun 2002 waktu kasus-kasus yang manyangkut
nama-nama besar seperti Enron, Xerox, Global Crossing, dan lain sebagainya
muncul ke permukaan. Kata ‘kreatif’ berarti kebolehan seseorang menciptakan ide
baru yang efektif, dan kata ‘akuntansi’ itu artinya pembukuan tentang financial
events yang senantiasa berusaha untuk setia kepada kondisi keuangan yang
sebenarnya (faithful representation of financial events). Lalu apa artinya
‘creative accounting’? Istilah ini sebenarnya adalah euphemism (kata halus)
dari sistem pelaporan keuangan yang tidak setia pada kondisi keuangan yang
sebenarnya yang dibuat dengan sengaja untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Alasan
melakukan CA
Setidaknya
ada empat alasan mengapa para praktisi akuntansi melakukan CA, mereka adalah
1). Perlakuan akuntansi yang bervariasi, 2). Penerapan prinsip akuntansi yang
agresif, 3). Manajemen laba, dan 4). Pelaporan keuangan yang menyimpang. Saya
akan mencoba menjelaskannya satu persatu berikut ini.
Perlakuan
akuntansi yang berfariasi bersumber dari fleksibilitas pelaporan keuangan
karena standar akuntansi mengijinkan melakukan itu. Berdasarkan standar,
perusahaan dapat memilih dan menerapkan beberapa model pengukuran secara
fleksibel. Sebagai akibatnya, perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha yang
sama mungkin menyajikan laporan yang berbeda. Demikian juga dengan
Transaksi-transaksi keuangan dan kondisi ekonomi yang ada tidak selalu sama
sehingga bisa digunakan model pengukuran yang berbeda, bahkan untuk perusahaan
sejenis sekalipun. Beberapa contoh fleksibilitas ini yaitu: penentuan biaya
persediaan (FIFO & Average), pengakuan pendapatan (tunai, cicilan atau
tingkat penyelesaian), model pengukuran aset (tersedianya dua metode
pengukuran: metode biaya dan metode revaluasi dan tersedianya beragam macam
metode penyusutan aset), uji penurunan nilai (standar memberikan pilihan untuk
menilai penurunan nilai) dan estimasi provisi (tergantung pada pertimbangan
manajemen).
Penerapan
prinsip akuntansi yang agresif. Kadang-kadang perusahaan menerapkan PSAK secara
agresif agar kinerja laporan keuangannya terlihat lebih menarik dan bagus,
bukan menggunakan PSAK yang fleksibel untuk menyajikan laporan keuangan yang
wajar. Beberapa prakteknya antara lain: Over-estimasi dalam biaya
restrukturisasi perusahaan, memainkan tingkat persentase penyelesaian
pekerjaan, dan menangguhkan biaya proyek dan menghapus utang usaha.
Untuk
alasan manajemen laba, entitas berusaha menampilkan laba yang konsisten atau
stabil di setiap periode palaporan. Manajemen laba bisa dilakukan dengan
menunda atau mempercepat pendapatan atau beban tergantung pada kondisinya saat
itu.
Perusahaan
seringakali menyajikan laporan keuangan yang menyimpang yang disebabkan oleh
beberapa alasan, yaitu antara lain: tingginya target yang diberikan pemegang
saham, kebijakan ketat yang diatur regulator, dll. Untuk alas an terakhir
inilah banyak manajemen perusahaan alhirnya melakukan tindakan yang melanggar aturan
hukum.
Jenis-jenis
CA
Ada
empat macam CA yang sering ditemukan saat ini, yaitu: Aggressive accounting,
Earnings management, Income smoothing, dan Fraudulent financial reporting.
Aggressive
accounting adalah pemilihan dan penerapan prinsip akuntansi yang bertujuan agar
laba tahun berjalan lebih tinggi, terlepas dari apakah praktik tersebut sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak.
Earnings
management merupakan manipulasi laba secara aktif untuk suatu target yang sudah
ditentukan sebelumnya oleh, misalnya, manajemen, untuk suatu proyeksi yang
sudah dibuat oleh analis, atau untuk mendapatkan suatu angka yang konsisten
dengan smoother, more sustainable earnings stream.
Income
smoothing adalah Suatu bentuk earnings management yang didesain untuk
menghilangkan aliran laba yang fluktuatif, termasuk cara-cara untuk mereduksi
dan “menyimpan” laba pada saat kinerja keuangan sedang membaik agar laba
tersebut bisa dimanfaatkan pada saat kinerja keuangan sedang menurun.
Penelitian S1 saya membahas secara khusus hal ini.
Fraudulent
financial reporting adalah Penyajian keliru (misstatement) yang disengaja atau
penyembunyian (ommision) atas suatu angka atau pengungkapan di dalam laporan
keuangan yang bertujuan untuk memperdayai pengguna laporan keuangan melalui
pendekatan administratif, perdata, atau kriminal. Tipe terakhir inilah yang
paling cenderung dipergunakan untuk tujuan illegal.
Tujuan
melakukan CA
Pelaku
CA memiliki tujuan yang beragam untuk apa mereka melakukannya. Setiap entitas
memiliki kondisi yang berbeda dengan entitas lainnya, kondisi-kondisi inilah
yang dimanfaatkan sebisa mungkin untuk mencapai tujuan yang mereka harapkan.
Namun setidaknya ada 4 tujuan yang sering dilakukan oleh para pelaku CA.
Share
price effects. Investor akan mencari-cari dan bersedia membayar harga saham
yang tinggi untuk perusahaan yang memiliki corporate earning power yang baik,
terus meningkat, dan sustainable. Earning power yang baik tersebut akan
berimbas pada cash flow perusahaan yang semakin baik, baik cash flow saat ini
maupun yang akan datang. Dari sisi perusahaan, harga saham yang semakin tinggi
akan meningkatkan market valuation dan menurunkan cost of capital. Dari sisi
manajer perusahaan, harga saham yang meningkat akan memperbaiki tingkat
kemakmuran mereka.
Borrowing
cost effects. Laba yang tinggi, aset perusahaan yang meningkat, kewajiban
kecil, dan saldo ekuitas yang tinggi karena saldo laba yang meningkat dapat
memberikan kesan kepada para kreditur bahwa kualitas kredit meningkat dan debt
rating lebih tinggi. Pada akhirnya, penerapan creative accounting ini dapat
menurunkan borrowing cost.
Bonus
plan effects. Pemberian kompensasi atau insentif kepada pegawai atau karyawan
kunci merupakan rencana yang umum terjadi di perusahaan. Kompensasi tersebut
dapat berbentuk opsi kepemilikan saham atau bonus yang dikaitkan dengan
pendapatan perusahaan. Jika pendapatan perusahaan naik, bonus karyawan akan
meningkat. Hal demikian dapat mengakibatkan manajer perusahaan menerapkan
creative accounting agar pendapatan meningkat dan bonusnya pun semakin besar.
Political
cost effects. Adakalanya perusahaan-perusahaan besar termotivasi untuk
menurunkan labanya agar dapat mempengaruhi regulator.
Cara-cara
melakukan CA
Cara
yang paling sering dilakukan adalah sebagai berikut:
Mengakui
penghasilan prematur atau penghasilan fiktif. Untuk premature revenue,
pengakuannya sudah sesuai dengan GAAP. Sementara itu, untuk fictitious revenue,
penghasilan dicatat tanpa adanya penjualan yang terjadi. Bentuk dari prematur
revenue dapat berupa pengakuan penjualan dilakukan pada saat barang sudah
dipesan, tapi belum dikirim (goods ordered, but not shipped) atau barang sudah
dikirim, tapi belum dipesan (goods shipped, but not ordered). Sementara itu,
contoh penjualan fiktif adalah backdated invoice, tanggal pengiriman yang
diubah, atau sengaja salah mencatat penjualan.
Aggressive
Capitalization & Extended Amortization Policies. Dalam kebijakan kapitalisasi
yang agresif, perusahaan melaporkan beban atau rugi tahun berjalan sebagai
aset. Akibatnya, pengakuan biaya tertunda dan laba naik. Selanjutnya, “aset”
atau beban ditangguhkan tersebut diamortisasi selama beberapa tahun.
Misreported
Assets & Liabilities. Dalam banyak kasus, nilai aset overvalued dan/atau
kewajiban undervalued dengan tujuan agar earning power menjadi lebih tinggi dan
posisi keuangan lebih kuat. Dengan laba yang tinggi, otomatis saldo laba akan
dan nilai ekuitas akan naik. Beberapa akun aktiva yang potensial dilaporkan
overvalued adalah piutang usaha, inventori, investasi (yang diklasifikasikan
dalam trading, held to maturity, atau available for sale). Akun kewajiban yang
dicatat undervalued di antaranya adalah accrued expense payable, utang usaha,
utang pajak, dan contingent liability.
Getting
Creative with the Income Statement. Permainan angka-angka di laporan laba rugi
terjadi pada cara mempercepat atau memperlambat pengakuan pendapatan dan biaya.
Dalam hal ini laba diatur untuk beberapa periode pelaporan. Selain itu,
penyajian laporan yang dapat berbentuk single step maupun multiple step
memungkinkan perusahaan memainkan angka-angka subtotal, klasifikasi akun, dan
catatan laporan keuangan. Misalnya, unsur pendapatan usaha dilaporkan sebagai
pendapatan di luar usaha atau sebaliknya, pengeluaran yang termasuk dalam harga
pokok penjualan direklasifikasikan ke dalam kelompok akun beban operasi atau
sebaliknya. Reklasifikasi demikian tentu saja akan mempengaruhi angka sub total
laba kotor atau laba operasi yang nota bene sering dijadikan sebagai sumber
informasi untuk pengambilan keputusan
Problems
with Cash-flow Reporting. Sudah menjadi hal yang umum bahwa arus kas bersih
dari aktivitas operasi merupakan manifestasi operating income yang ada di
laporan laba rugi. Arus kas bersih ini menjadi alat ukur utama tentang
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan sustainable cash flow. Untuk
menghasilkan arus kas dari operasi yang baik, cara yang sering dilakukan
adalah: Memasukkan unsur pembayaran pajak penghasilan (PPh), baik PPh Badan
maupun PPh final; Operasi dalam penghentian (discontinued operation) juga
dimasukkan dalam aktivitas operasi, padahal dalam laba rugi discontinued
operation tersebut dikeluarkan dari laba operasi; Biaya operasi yang
dikapitalisasi dimasukkan sebagai arus kas dalam aktivitas investasi, padahal
jika dibebankan pada tahun berjalan, masuk dalam arus kas operasi.
Nah,
setelah mengetahui secara terperinci mengenai creative accounting, saya
menyarankan para pembaca untuk menggunakan ilmu akuntansi yang dimilikinya demi
tujuan yang mulia, yaitu menyajikan dan melaporkan laporan keuangan sebagaiman
seharusnya. Gunakanlah fleksibilitas akuntansi yang tersedia di standar
akuntansi untuk tujuan itu, toh kita juga dapat memaksimalkan tujuan laporan
keuangan dengan menggunakan pendekatan yang sah, dan tentunya diijinkan oleh
standard body.
CONTOH
KASUS
Kasus
creative accounting sering dihubungkan dengan Enron, sebuah perusahaan migas.
Sebelum kebangkrutannya, Enron pernah dipilih oleh Fortune Magazine sebagai
‘America’s Most Innovative Company’ selama 6 tahun berturut-turut. Enron yang
tadinya adalah perusahaan pembangkit tenaga listrik mulai naik daun setelah
Enron mulai bermain komoditas-komoditas bandwidth telekomunikasi dan derivatives
(sejenis investasi di mana hasil untung ruginya berdasarkan pergerakan dari
nilai aset seperti saham, surat utang, komoditas, atau bahkan dari nilai
seperti suku bunga, valas, indeks pasar saham, bahkan indeks cuaca). Enron
mulai berpaling dari bisnis tradisionalnya dan mulai berspekulasi
dalamfinancial instruments yang mengandung resiko tinggi. Memang kesannya
mereka cukup sukses untuk beberapa tahun, tapi akhirnya kenyataan dari
kesuksesan (atau lebih tepatnya kegagalan) mereka mulai terlihat. Namun Enron
bukan hanya inovatif dalam berbisnis, ternyata juga ‘inovatif’ dalam cara
pembukuannya. Di balik kesuksesan mereka, banyak sekali hutang-hutang
tersembunyi yang dipindahkan kepada anak-anak perusahaan yang tidak
dikonsolidasi (tidak diperhitungkan masuk ke dalam neraca perdagangan Enron
sendiri). Mereka sengaja memanfaatkan celah dalam hukum Amerika yang
memperbolehkan ‘special purpose vehicles’ (suatu organisasi yang dibentuk untuk
proyek khusus yang dibentuk terpisah untuk mengisolasi resiko-resiko dari
proyek tersebut) yang memenuhi syarat-syarat tertentu tidak dikonsolidasi.
Creative
accounting bisa saja lolos dari prinsip-prinsip accounting standards yang
berlaku, karena cara-cara creative accounting biasanya memang tidak atau belum
diakomodasi oleh standar akuntansi yang berlaku, atau memang sengaja mencari
celah-celah di dalam standar akuntansi tersebut. Akan tetapi, ini bukan berarti
creative accounting bisa lolos apabila diuji dengan kacamata kebenaran, dalam
arti merefleksikan kondisi finansial yang sebenarnya.
http://akuntansibisnis.wordpress.com/2013/06/11/creative-accounting/
http://www.buletinpillar.org/artikel/creative-accounting#hal-1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar